Hyper-Personalization


Tak dapat dipungkiri, saat ini dunia sedang digempur dengan tren digital. Tak terkecuali dengan dunia marketing yang juga turut berkembang menyesuaikan dengan zaman dan tren terbaru. Keberadaan teknologi digital ini membuat semua data tersimpan. Dan selanjutnya, dari data-data ini dapat diolah oleh para pelaku bisnis atau marketer untuk dapat meningkatkan kembali keterlibatan calon pelanggan dan pelanggan untuk kembali datang dan melakukan pembelian.

Dengan keberadaan data yang telah terkumpul tersebut akan lebih memudahkan dalam mengintegrasikan style dan substance. Artinya, brand atau bisnis tidak hanya mengedepankan branding yang keren, tetapi juga dituntut untuk menyuguhkan konten yang relevan dan bagus dengan kemasan yang kekinian kepada para pelanggannya. Dengan kata lain, konten harus kuat namun tetap juga harus atraktif agar konsumen menjadi lebih tertarik pada brand atau produk Anda.

Perilaku konsumen saat ini sangat bergantung pada ulasan, user generated content dan influencer. Oleh karena itu digital marketing dibutuhkan. Namun, sekarang muncul lagi tantangan baru bagi para pemilik bisnis atau brand di era marketing 4.0. Bagaimana caranya agar membuat brand atau produk Anda menonjol dan diperhatikan? Jawabannya adalah dengan memberikan pengalaman yang sangat bertarget, disesuaikan dan dipersonalisasi secara khusus atau hyper-personalization.


Apa itu Hyper-Personalization ?
Hyper-personalization: Teknik pemasaran yang sangat bertarget, disesuaikan dan dipersonalisasi secara khusus.

So, what’s the difference between personalization and hyper-personalization? 
Personalisasi(Personalization) adalah penggabungan informasi pribadi dan transaksional seperti nama, judul, organisasi, riwayat pembelian dan lain sebagainya untuk komunikasi Anda kepada pelanggan. Sedangkan Hyper-personalization satu langkah lebih maju karena memanfaatkan perilaku dan data real-time konsumen untuk menciptakan komunikasi kontekstual yang relevan dengan pengguna.

Contoh praktis personalisasi adalah penggunaan nama depan pelanggan di baris subyek saat mengirim email. Salah satu cara yang bagus, namun kini ternyata sudah ketinggalan jaman untuk menggugah minat konsumen. Hyper-personalization lebih dari itu.

Contohnya, saat pengguna mencari produk sepatu olahraga wanita di aplikasi E-commerce dengan menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Sebuah analisis cepat dari perilaku pengguna tersebut akan mengungkapkan:

  • Tingkat afinitas atau ketertarikan untuk membeli barang diskon. 
  • Riwayat pencarian dan pembelian sebelumnya untuk merek sepatu ‘X’. 
  • Pembelian maksimal yang terjadi pada hari Minggu dari pukul 6-9 malam. 
  • Push notification yang memiliki keterlibatan tertinggi
Dengan kampanye hyper-personalization ini, pemilik brand akan mengirim push notification ke perangkat mobile pengguna yang berisi iklan flash sale sepatu olahraga wanita dari brand X pada hari Minggu, antara pukul 6-9 malam.

Mengapa harus hyper-personalization?
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Accenture menyebutkan bahwa 40 persen konsumen meninggalkan website bisnis dan melakukan pembelian di situs lain atau di toko lain karena mereka diliputi kebingungan karena terlalu banyak pilihan saat mencoba membuat keputusan. Dan sebanyak 75 persen konsumen akan cenderung membeli dari brand atau produk yang penawarannya dipersonalisasi sesuai dengan preferensi individu. Oleh sebab itu, peran hyper-personalization menjadi sangat penting. Ada formula Empat R untuk menjalankan hyper personalization ini, yaitu:
  • Relevance: Berikan promosi yang personal dan relevan kepada konsumen Anda.  
  • Remember: Selalu ingat purchase history pelanggan Anda. 
  • Recognize: Ingatlah nama mereka. 
  • Recommend: Berikan opsi atau rekomendasi kepada pelanggan Anda berdasarkan history pembelian mereka.
Pada umumnya, hyper-personalization hanya bisa diterapkan untuk jenis bisnis B2C (business to consumer) dan C2C (customer to customer) karena sifatnya yang memberikan personal touch dengan karakteristik yang unik yang hanya bisa dilakukan untuk pelanggan individu.

Seperti apa strategi Hyper-personalization ?

  1. Kalahkan pesaing anda : Jadilah Adopter Awal hyper-personalization. 
  2. Prioritas untuk hyper-personalization : Buat perbedaan dalam hal yang paling penting. Meningkatkan pengalaman pelangga dan menerapkan wawasan data untuk pengambilan keputusan adalah prioritas utama masing-masing 60% dan 51% professional pemasaran. 
  3. Aplikasi Paling EfektifSecara taktik, aplikasi bertenaga AI(Artifical Intellegence) yang digunakan paling efektif dalam strategi hiper-personalisasi adalah analitik prediktif, pengalaman pengguna (UX) dan aplikasi pembuatan/kurasi konten.




Sumber:


Komentar